Sunnah Puasa Hari Arafah, Senin 19 Juli 2021, Berikut Fadilah dan Niatnya
Saat ini, kita sudah memasuki bulan Dzulhijjah 1442 H, bulan terakhir dalam penanggalan Hijriyah atau Qamariyah. Pada tanggal kesembilan di bulan ini, tepatnya pada Senin, 19 Juli 2021, umat Islam disunnahkan untuk menjalani puasa hari Arafah. Disebut demikian karena bertepatan dengan jamaah haji berada di Tanah Arafah. Meskipun demikian, puasa di hari tersebut tidak disunnahkan bagi jamaah haji. Syekh Zakariya al-Anshari dalam kitabnya, Fathul Wahab Juz 1, menjelaskan hal tersebut.
(سُنَّ صَوْمُ) يَوْمِ (عَرَفَةَ) وَهُوَ تَاسِعُ ذِي الْحِجَّةِ بِقَيِّدٍ زِدْتُهُ بِقَوْلِيْ (لِغَيْرِ مُسَافِرٍ وَ حَاجٍّ) بِخِلَافِ الْمُسَافِرِ فَاِنَّهُ يُسَنُّ لَهُ فِطْرُهُ وَ بِخِلَافِ الْحَاجِّ فَاِنَّهُ اِنْ عَرَفَ اَنَّهُ يَصِلُ عَرَفَةَ لَيْلًا وَ كَانَ مُقِيْمًا سُنَّ صَوْمُهُ وَ اِلَّا سُنَّ فِطْرُهُ وَ اِنْ لَمْ يُضْعِفْهُ الصَّوْمُ عَنِ الدُّعَاءِ وَ اَعْمَالِ الْحَجِّ
Disunnahkan puasa hari Arafah, yaitu hari kesembilan Dzulhijjah, bagi selain orang yang dalam perjalanan (musafir) dan orang yang sedang melaksanakan ibadah haji. Bagi musafir, sunnah untuk tidak melaksanakan puasa. Sementara bagi orang haji, jika mengetahui bakal tiba di Arafah pada malam hari dan bermalam di sana, ia disunnahkan untuk menjalani puasa Arafah. Namun, jika tidak demikian, maka ia disunnahkan untuk tidak berpuasa, meskipun jika puasa tidak membuatnya lemah untuk melaksanakan doa dan berbagai amalan haji lainnya. (Syekh Zakariya al-Anshari, Fathul Wahab Juz 1, h. 124, Beirut: Darul Fikr).
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa jamaah haji lebih baik untuk tidak berpuasa. Bahkan, dalam satu hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. melarang puasa Arafah bagi orang-orang yang berada di Arafah. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah. Dalam riwayat lain, Imam Tirmidzi menyampaikan, bahwa ulama menyukai puasa hari Arafah, kecuali ketika tengah berada di Arafah. (Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah Jilid 1, h. 380, Beirut: Darul Fikr).
Sementara itu, bagi orang yang sedang tidak melaksanakan haji, puasa di hari Arafah disunnahkan. Bahkan, menurut Imam Baghawi sebagaimana dikutip Imam Taqiyuddin dalam Kifayatul Akhyar, hari Arafah merupakan hari yang paling utama.
وَ يُسْتَحَبُّ صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ لِغَيْرِ الْحَاجِّ. وَ اَطْلَقَ كَثِيْرُوْنَ كَرَاهَةَ صَوْمِهِ لِلْحَاجِّ لِاَجْلِ الدُّعَاءِ وَ اَعْمَالِ الْحَجِّ. فَاِنْ كَانَ شَخْصٌ لَا يَضْعَفُ عَنْ ذلِكَ قَالَ الْمُتَوَلِّي: الاَوْلَى لَهُ الصَّوْمُ, وَ قَالَ غَيْرُهُ الْاَوْلَى لَهُ اَنْ لَا يَصُوْمَ. وَ يَوْمُ عَرَفَةَ اَفْضَلُ الْاَيَّامِ السُّنَّةِ, قَالَهُ الْبَغَوِي وَ غَيْرُهُ.
Dan disunnahkan puasa hari Arafah bagi selain orang yang sedang melaksanakan ibadah haji. Banyak ulama berpandangan bahwa puasa Arafah bagi jamaah haji dihukumi makruh mengingat tengah melaksanakan doa dan berbagai macam amalan haji. Jika seseorang jamaah haji tersebut tidak merasa payah karena melaksanakan amalan haji itu, Syekh Mutawali mengatakan lebih baik berpuasa. Sebaliknya, para ulama lain berpendapat bahwa tidak berpuasa lebih utama. Imam al-Baghawi dan para ulama lainnya memandang bahwa hari Arafah merupakan hari sunnah paling utama. (Imam Taqiyuddin bin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini Al-Dimasyqi, Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtishar, h. 214, Bandung: Al-Maarif).
Fadilah Puasa Arafah
Oleh karena itu, jika tidak ada kendala yang berarti, sebaiknya puasa ini dijalankan. Sebab, Rasulullah saw sudah menjamin pahala puasa di hari istimewa itu, yakni dihapusnya dosa-dosa pengamalnya selama dua tahun, yakni setahun sebelumnya dan setahun setelahnya. Imam Abu Ishaq Al-Fairuzabadi mengutip Imam Abu Qatadah menjelasakan hal tersebut dalam kitabnya, Al-Muhadzdzab, berikut.
وَ يُسْتَحَبُّ لِغَيْرِ الْحَاجِّ صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ لِمَا رَوَى اَبُوْ قَتَادَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَوْمُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَ صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ, سَنَةٍ قَبْلَهَا مَاضِيَةٍ وَ سَنَةٍ بَعْدَهَا مُسْتَقْبِلَةٍ
Dan disunnahkan bagi selain jamaah haji untuk berpuasa di hari Arafah. Abu Qatadah berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda: puasa hari Asyura dapat menghapus dosa selama setahun, sedangkan puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun, setahun sebelumnya yang telah lalu dan setahun setelahnya yang akan datang. (Imam Abi Ishaq Ibrahim bin Ali bin Yusuf al-Fairuzabadi al-Syairazi, Al-Muhadzdzab fi Fiqhil Imamis Syafi’i, h. 188, Semarang: Toha Putra).
Niat Puasa Arafah
Untuk melaksanakan puasa hari Arafah, tentu harus dilaksanakan dengan membaca niat. Niat ini dapat dibaca pada malam hari sebelum esoknya berpuasa. Namun, jika lupa belum membaca niat pada malam hari tersebut, niat boleh dibaca hingga sebelum masuk waktu dzuhur asalkan belum makan dan minum dari terbit fajar hingga niat tersebut dibaca.
Adapun bacaan niatnya adalah sebagai berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ للهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati yaumi ‘Arafata lillahi ta’ala
Saya niat puasa esok hari, karena melaksanakan sunnah hari Arafah, karena Allah swt.
Syakir NF