Haul Buntet Opini

Seabad Haul Buntet Pesantren?

KH Nahduddin Royandi Abbas dan KH Muhammad Abbas Fuad Hasyim saat puncak Haul Buntet 2017
Oleh:
KH Ahmad Syauqi Chowas*
(من غشلط الى غتلط)
Haul di kalangan Nahdliyyin adalah kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahun, untuk mengenang jasa jasa para pendahulunya dan sebagai wujud birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua. Biasanya acara haul diisi dengan tahlil, doa bersama, bersedekah makanan, membacakan sejarah singkat (manaqib) dan amal amal baik orang yang saat itu dihauli. Karerena itu hanya orang orang yang berjasa besar dan berbudi luhur yang pantas diperingati wafatnya, separti para nabi, para wali, para ulama, dan orang orang sholeh.
Tujuan ‘mengenang’ kembali seorang ulama dalam biografi ataupun tradisi yang sering dilakukan oleh warga Nahdliyin dalam mengadakan haul ulama dengan menyebutkan kisahnya selama hidupnya adalah untuk ‘meneladani keshalehannya’ dan upaya mempertkuat iman dan ketaqwaan. Hal ini sudah dilakukan sejak zaman sahabat.
Assyaikh Abdullah ibn Al mubarok berkata :
(سِيَرُ الصَّالِحِيْنَ جُنْدٌ مِنْ جُنُوْدِ اللهِ يُثَبِّتُ اللهُ بِهَا قُلُوْبَ عِبَادِهِ) وَمِصْدَاقُ ذَلِكَ مِنَ اْلقُرْآنِ قَوْلُ اللهِ تَعَالَى: {وَكُلاًّ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ} [هود:120]… يَحْتَاجُ اْلإِنْسَانُ إِلَى زِيَارَةِ مَنْ يُبْكِيْهِ، وَإِذَا لَمْ يَجِدْهُ فِي اْلأَحْيَاءِ، اِطَّلَعَ عَلَى سِيْرَتِهِ فِي اْلأَمْوَاتِ (دروس للشيخ محمد الحسن الددو الشنقيطي 5/ 28)
“Sejarah orang-orang shaleh adalah salah satu pasukan Allah, yang dapat mengokohkan hati hamba-hamba Allah. Sebagaimana dalam firman Allah:” Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman ” [QS. Hud: 120]
… Seseorang butuh untuk berkunjung kepada sosok manusia yang dapat membuatnya menangis. Jika tidak menemukannya di kalangan yang masih hidup, maka pelajarilah dari sejarah orang-orang yang telah wafat” (Syaikh Hasan asy-Syanqithi)
Pondok Buntet Pesantren sebagai salah satu pesantren tertua di Indonesia yang lahir pada pertengahan abad 18 sampai saat ini masih eksis membina umat melalui pendidikan formal (sekolah) dan non formal (pengajian agama), dengan menekankan pada nilai nilai budi luhur dan akhlaqul karimah, tentunya Pondok Buntet Pesantren menjadikan acara haul sebagai rutinitas tahunan yang sejak lama sudah diselenggarakan. Pada perkembangannya haul saat ini bukan hanya sebagai peringatan wafatnya para pendahulunya namun juga dijadikan sebagai sarana silaturrahmi antar alumni, santri dan guru, bakti sosial dan pendalaman wawasan keagamaan atau tafaqquh fiddin melalui berbagai kegiatan sebagai acara pendukung Haul.
Ada sesuatu yang selalu menjadi pertanyaan besar selama ini yaitu siapa yang diperingati wafatnya dan peringatan yang ke berapa haul tahun ini..?
Ada dua pendapat dalam hal ini, yang pertama adalah pendapat Syaikhina KH. Maimun Zubair yang mengatakan bahwa haul Buntet Pesantren adalah peringatan wafatnya KH. Abbas Bin KH. Abdil jamil yang wafat pada tahun 1947, hal ini disampaikan oleh beliau ketika penulis bersama rombongan ziarah wali songo sowan kepada beliau pada tahun 2011, pendapat ini senada dengan yang disampaikan oleh Almarhum Almaghfur lahu KH. Junaidi Anas. Jika merujuk pada pendapat pertama ini maka haul tahun 2018 adalah haul yang ke 71 dalam hitungan kalender masehi.
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa haul Buntet pesantren adalah peringatan wafatnya KH. Abdul jamil ayahanda KH. Abbas yang wafat pada waktu dini hari (Waktu sahur) hari selasa tangal 23 Rabiuts tsani tahun 1339 H. Wafatnya KH. Abdul Jamil yang disebutkan dalam sebuah syair bait ke 11 sampai 14 karya Ahmad suyuthi salah seorang santri Buntet, berikut syairnya :
قال احمد سيوطي :
اينيله سورة هاراف دي تريما # كفادا كاندا صابات يع لاما
جاعانله كاندا ممبيكين ريعان # فينتاأن سايا هاروس دي كاتا
برافا لاما سايا برجري # ايعات كاكندا فاكي دان سوري
سياع دان مالم بكيتو جوكا # جاعانله كاندا ممبيكين تيكا
كفادا سايا تيمفو عومبارا #
دي مانا جومباع فيكول سعسارا
سبابيا جاوه داري كاكندا # دي تبو ايرع باياكله كودا
اصليا سايا موندوك دي جومباع # لانتاس برتمو اينيله تمباع
اينيله شعر جامفور بيلاعيا # سبب يع بيكين كجيل عقليا
مينتا دي معاف داري سودارا # يع كرسا ماجا ايني بيجارا
فاكاييا شعر بوات فريعات # داري سودارا يع كرسا ايعات
كياهي بونتت وفاةيا مالم # دي روماه كولون ادا دي دالم
مالام ثلاثا وقتويا سحور # ايسوكيا فركي لانتاس دي قبور
تاعكال هاري يا تيكا وعشرين # ربيع الثاني سنة غشلط
نامايا كياهي شيخ عبد الجميل # كورو طريقة يع صفة كامل
مينتا فاندعأ سايا يع بيكين # تتاف اكاما ساما مسلمين
ايني يع عاعكيت احمد سيوطي # بونتت فسنترين كوتا شيربوني
وقتويا عاعكيت بوكان دي روماه # سبب دي اعكيت هاتي يع بوعاه
ديستريكيا سينداع تمفات علمأ # باكال اسيستين دي ساما ساما
ايني يع نوليس احمد سيوطي # دي دالم بونتت سناعله هاتي
ماكي توليسان فينايا قلم # دي روماه فوندوك سوفايا جالان
Dalam syiir ini disebutkan bahwa KH. Abdul Jamil wafat pada tahun غشلط (Ghosylathin) jika dihitung dengan perhitungan abjad maka
غ =1000
ش= 300
ل = 30
ط = 9
Jika di hitung dari wafatnya KH. Abdul jamil maka haul tahun ini yang dalam hitungan hijriyahnya tahun 1439 atau tahun غتلط (Ghotlathin) adalah haul peringatan wafatnya beliau yang ke 100 tahun. Wallahu a’lam bisshowab.
*Penulis adalah Pengasuh Pondok Buntet Pesantren
Tulisan ini dikutip langsung dari status Facebooknya