Banyak Bid’ah, Jamaah Haji Indonesia, Amalannya Tertolak?
Suasana Pelepasan Calon Jamaah Haji KBIH YLPI Buntet Pesantren 2013 |
Jum’at pagi, di tengah kesibukan para santri kerja bhakti membersihkan mushola dan aula pesantren, tiba-tiba Sufi Jadzab yang bersama Sufi Sudrun menonton program Khazanah di TV Trans7 menangis tersedu-sedu. Roben, Marholi, Niswatin, Mullberrie, Daitya, dan Azumi yang heran dengan membawa sapu, lap, kemucing, dan kain pel buru-buru mendekati Sufi Jadzab. Lalu dengan suara direndahkan Roben bertanya,”Ada apa mbah sampeyan menangis keras seperti orang kematian keluarga?”
Pembacaan Sholawat pada Tradisi Naik Haji |
Dengan menahan perasaan semua menonton tayangan ulang program khazanah yang menggambarkan bagaimana jama’ah haji Indonesia digambarkan memiliki kebiasaan-kebiasaan khas: sebelum berangkat haji selalu mengadakan pengajian-pengajian, selamatan, diantar oleh puluhan keluarga yang menggunakan aneka kendaraan termasuk bus-bus yang satu kendaraan sewanya sampai tiga juta rupiah, yang menimbulkan kesan pemborosan dan mubazir. Setelah itu digambarkan banyak jama’ah yang tidak mengenakan ihram saat melewati miqat, dan sewaktu thawaf, jama’ah biasa dibimbing seorang pemandu yang membaca doa-doa dan diikuti jama’ah. Itu tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw. Doa yang dipanjatkan pun beraneka macam, padahal yang diajarkan Rasulullah Saw pada waktu thawaf hanya doa “Robbana atina fii dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qiina adzaban naar” tidak ada doa lain. Doa untuk haji yang dicontohkan Rasulullah Saw : Allahumma ja’ala hajjan mabrura wa sya’ban masykura’. Dan yang lazim dilakukan jama’ah haji Indonesia, setelah selesai ‘thawaf wadah’ langsung berbelanja. Saking sukanya jama’ah Indonesia berbelanja, di Saudi Arabiah jama’ah Indonesia diberi gelar “Raja Belanja”.
“Menurutku pandangan Mbah Sufi Jadzab tidak salah,” sahut Roben dengan suara ditekan mengomentari,” Karena aku pun berpikir, tayangan itu dengan cara ‘halus’ ingin mengajukan pandangan bahwa amaliah jama’ah haji Indonesia ketika menunaikan ibadah haji adalah amaliah bid’ah yang tidak dicontohkan Rasulullah Saw, sehingga tertolak. Wahabi selalu mengulang-ulang dalil yang sama yang dipungut dari Hadits Bukhari dan Muslim: “Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat; barangsiapa yang di dalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia tertolak.” Ya dalil itu yang terus menerus diputar ulang.”
Mengantar Pesawat sampai Take Off |
Wahabi pasti tidak mau mengakui penjelasan Imam Syafi’i yang mengutip riwayat Abu Nu’aim yang menyatakan,”Bid’ah itu ada dua macam. Bid’ah terpuji dan bid’ah tercela. Bid’ah yang sesuai dengan sunnah, itulah bid’ah yang terpuji. Sedangkan bid’ah yang menyalahi sunnah, dialah bid’;ah yang tercela.” Wahabi juga tidak mau mengakui riwayat al-Baihaqi dalam Manaqib al-Imam as-Syafi’i,”Perkara-perkara baru itu ada dua macam. Pertama, perkara-perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Hadits, atsar atau ijma’. Itulah bid’ah dhalalah. Kedua, perkara-perkara baru yang mengandung kebaikan dan tidak bertentangan dengan salah satu dari yang disebutkan tadi maka bid’ah yang seperti itu tidaklah tercela.”