Aktifitas-Alumni Kabar Sejarah

Puluhan Santri Nobar Film Perjuangan Kiai Abbas di Yogyakarta

YOGYAKARTA – Puluhan santri dan alumnus pesantren dari berbagai wilayah Yogyakarta mengikuti kegiatan nonton bareng Film Serial Para Pejuang Santri “Kiai Abbas Buntet Pesantren”, Ahad (12/03) di Bjong Coffe. Acara yang diprakarsai Badan Pengurus Harian Insan BPC DIY digelar sebagai momen pengenalan salah satu tokoh pejuang NKRI, yang jarang disebut di dalam buku maupun diskusi. 

“Kami memang ingin meneladani para pendahulu, sehingga harapannya generasi saat ini bisa lebih mengenal pondok pesantren tertua di Jawa Barat,” jelas Adib Rofiuddin, Ketua Insan BPC DIY. 

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia melalui perjuangan kaum santri banyak ditonjolkan dalam film berdurasi enam menit tersebut. Kyai Abbas merupakan salah seorang ulama legendaris Nahdatul Ulama yang terkenal dengan keberanian dan kesaktiannya dalam pertempuran 10 November. Kyai Abbas merupakan putra sulung Kiai Abdul Jamil, putra Kiai Mutaad yang juga menantu Mbah Muqayyim, pendiri Pondok Pesantren Buntet dan salah seorang mufti di Kesultanan Cirebon. 


Kiai Abbas pertama mengenal dan belajar ilmu agama Islam dari ayahnya KH Abdul Jamil, lalu di Pondok Pesantren Sukanasari, Plered, Cirebon di bawah asuhan Kiai Nasuha sampai menjadi santri di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Di sana, beliau langsung mendapat pelajaran ilmu agama Islam dari KH Hasyim Asyari, tokoh kharismatik yang menjadi pendiri NU. 


Dalam film tersebut juga diceritakan kedekatan emosional Kiai Abbas pada saat nyantri di Pondok Pesantren Tebuireng dengan kiai terpandang seperti KH Abdul Wahab Chasbullah, pendiri NU yang menerima gelar Pahlawan Nasional 2014, dan KH Abdul Manaf yang turut mendirikan Pesantren Lirboyo, Kediri. 


“Kiai Abbas ini fenomenal, beliau juga tokoh yang memprakarsai resolusi jihad,” kata Zainal Abidin, Santri Buntet Pesantren angkatan 70-an yang tinggal di Yogyakarta. Zainal juga menceritakan sejarah perjuangan kiai terdahulu yang menjaga patriotisme NKRI. “Sebagai apresiasi perjuangan para ulama, sekarang makanya tiap tanggal 22 Oktober itu dijadikan Hari Santri Nasional,” sambungnya.