Kabar Sejarah Tokoh

Ini Amalan Kiai Abbas Untuk Santri Saat Perang 10 November

Peran santri dan kiai dalam perang 10 November sangatlah besar. Bahkan, dua unsur tadi, merupakan tokoh utama dalam perang melawan gabungan tentara sekutu itu. Walaupun perang dilaksanakan di Surabaya, namun sejumlah kiai dan santri dari penjuru Jawa, ikut terlibat untuk menjaga kemerdekaan NKRI yang sudah berhasil diraih. Diantaranya adalah, kiai dan santri dari Cirebon Jawa Barat.

Salah satu kiai asal Cirebon yang terlibat dalam peperangan itu adalah Kiai Abbas, putera dari Kiai Abdul Jamil Buntet Pesantren Cirebon. Kiai Abbas menjadi tokoh sentral, karena didapuk untuk menjadi komandan perang. Konon, bukan hanya menjadi komandan perang, Kiai Abbas juga yang menentukan hari, tanggal dan waktu dimulainya peperangan.

Beberapa hari yang lalu, bertepatan dengan adanya rombongan dari Pengurus PCNU Kab Cirebon melakukan roadshow ziarah dan napak tilas perjuangan santri, penulis dan sejumlah pengurus PCNU Cirebon berziarah ke makam Kiai Abbas di Komplek Pemakaman Gajah Ngambung Buntet Pesantren.

Saat berziarah ke makam Kiai Abbas, tahlil dipimpin langsung oleh KH Jaelani Imam. Kiai Jelan, begitu orang Buntet biasa memanggilnya. Beliau memang salah satu kiai sepuh, yang juga cukup menguasai tentang sejarah dan cerita lama. Salah satunya, mengenai peran Kiai Abbas dalam perang 10 November.

Saat rombongan lain sudah beranjak dari makbaroh, hanya saya dan sekitar empat orang lainnya yang masih tetap berada di makbaroh. Diantaranya adalah, pengurus RMI NU Pusat. Kiai Jelan, meminta sisa sekitar lima orang yang masih ada di makbaroh untuk tidak beranjak terlebih dahulu dan lebih mendekat ke  makam Kiai Abbas, yang saat itu tepat didepan penulis.
Menurut Kiai Jelan, beliau mau memberikan kenang-kenangan kepada yang masih berada dimakbaroh Gajah Ngambung, tentang amalan Kiai Abbas yang diberikan kepada para santri saat perang 10 November.

Menurut Kiai Jelan, salah satu alasan Kiai Hasyim menunjuk Kiai Abbas sebagai komandan perang 10 November adalah, karena musuh memiliki kemampuan yang diluar nalar manusia. Kiai Jelan menambahkan, Jendral Malabby, bukan sekadar sosok seorang jendral yang ahli berperang, tapi juga memiliki ilmu hitam yang sangat tinggi. Bahkan, sebelum peristiwa 10 November terjadi, Jendral Malabby menunjukkan kesaktiannya didepan umum.

“Jendral Malabby ditembak menggunakan Bren, namun tidak apa-apa,” kata Kiai Jelan.

Mendapatkan informasi tersebut, akhirnya Kiai Hasyim Asyari menyerahkan masalah tersebut kepada Kiai Abbas. Selain, Kiai Hasyim juga memiliki pertimbangan lainnya, kenapa menunjuk Kiai Abbas sebagai pemimpin perang 10 November.

“Kata Kiai Hasyim, kalau urusan yang begini, biar Kiai Abbas yang nangani,” ujar Kiai Jelan.

Kiai Jelan kemudian melanjutkan ceritanya. Untuk bisa melawan Jendral Malabby, Kiai Abbas akhirnya memberikan amalan kepada para santri yang saat itu akan terlibat dalam perang. Kiai Abbas hanya membacakan sebanyak tiga kali bacaan itu, dan harus langsung dihafal.

“Tidak boleh ditulis, tapi langsung dihafal,” ujar Kiai Jelan.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Jelan juga sekaligus mengijazahkan amalan tersebut, kepada lima orang yang masih berada di makbaroh Gajah Ngambung. Kiai Jelan kemudian mengucapkan amalan tersebut selama tiga kali dan langsung harus dihafal.

“Kalau sampean-sampean hafal, maka amalan ini langsung diijazahkan oleh Kiai Abbas,” ujar Kiai Jelan sambil memegang nisan Kiai Abbas.

Kiai Jelan juga mengungkapkan, saat diijazahkan oleh Kiai Abbas, hanya sekitar 80 santri saja yang bisa lulus. Salah satu dari 80 santri itulah, yang akhirnya bisa menembak mati Jendral Malabby sebelum perang 10 November terjadi.

“Santri yang berhasil menembak mati Jendral Malabby, merupakan santri yang mendapatkan amalan dari Kiai Abbas,” kata Kiai Jelan.

Berikut amalan dari Kiai Abbas yang diberikan kepada para santri :

اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللّٰهِ
لَا مَوْجُوْدَ اِلَّا اللّٰهُ
لَا مَعْبُوْدَ اِلَّا اللّٰهُ
لَا مَطْلُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ
بِسْمِ اللّٰهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ
لَا حَوْلَ وَ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ