Tanya Jawab Tausiah

Banyak Bid’ah, Jamaah Haji Indonesia, Amalannya Tertolak?

Suasana Pelepasan Calon Jamaah Haji
KBIH YLPI Buntet Pesantren 2013

Jum’at pagi, di tengah kesibukan para santri kerja bhakti membersihkan mushola dan aula pesantren, tiba-tiba Sufi Jadzab yang bersama Sufi Sudrun menonton program Khazanah di  TV Trans7 menangis tersedu-sedu.  Roben, Marholi, Niswatin, Mullberrie, Daitya,  dan Azumi  yang heran dengan membawa sapu, lap, kemucing, dan kain pel buru-buru mendekati Sufi Jadzab.  Lalu dengan suara direndahkan Roben  bertanya,”Ada apa mbah sampeyan menangis keras seperti orang  kematian keluarga?”

“Itu..itu,” sahut Sufi Jadzab menunjuk ke arah televisi,”Orang di TV itu bilang kalau amaliah ibadah haji Jama’ah Indonesia tertolak karena menambah-nambah amalan yang tidak dicontohkan Rasulullah Saw. Huh u hu, kasihan saudara-saudaraku yang sudah susah-payah ibadah ternyata amaliahnya ditolak. Bukan hanya sat orang, tapi 240.000 orang tertolak semua. Hu hu hu.., Tuhan sungguh tidak adil, orang ibadah susah-payah kok ditolak-tolak.”
“Kurang ajar, apa orang di TV itu sudah konfirmasi kepada Tuhan berani-beraninya  memastikan amaliah ibadah orang ditolak atau tidak?” seru Roben diikuti teriakan marah Marholi, Niswatin, Daitrya, Mullberrie,  dan Azumi.
“Tenang..tenang dulu,” sahut Sufi Sudrun menenangkan,”Jangan emosi mendengar tangisan Mbah Kasyful Mahjub. Sebaiknya, kalian lihat siaran ulang tayangan Khazanah  yang kita rekam,” lanjut Sufi Sudrun memutar ulang hasil rekaman program khazanah.
Melantunkan Sholawat Pada Tradisi Naik Haji
Pembacaan Sholawat pada Tradisi Naik Haji

Dengan menahan perasaan semua menonton tayangan ulang program khazanah yang menggambarkan bagaimana jama’ah haji Indonesia digambarkan memiliki kebiasaan-kebiasaan khas: sebelum berangkat haji selalu mengadakan pengajian-pengajian, selamatan, diantar oleh puluhan keluarga yang menggunakan aneka kendaraan termasuk bus-bus yang satu kendaraan sewanya sampai tiga juta rupiah, yang menimbulkan kesan pemborosan dan mubazir.  Setelah itu digambarkan banyak jama’ah yang tidak mengenakan ihram saat melewati miqat, dan sewaktu thawaf, jama’ah biasa dibimbing seorang pemandu yang membaca doa-doa dan diikuti jama’ah. Itu tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw. Doa yang dipanjatkan pun  beraneka macam, padahal yang diajarkan Rasulullah Saw pada waktu thawaf  hanya doa “Robbana atina fii dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qiina adzaban naar” tidak ada doa lain. Doa untuk haji yang dicontohkan Rasulullah Saw : Allahumma ja’ala hajjan mabrura wa sya’ban masykura’. Dan yang lazim dilakukan jama’ah haji Indonesia, setelah selesai ‘thawaf wadah’ langsung berbelanja. Saking sukanya jama’ah Indonesia berbelanja, di Saudi Arabiah jama’ah Indonesia diberi gelar “Raja Belanja”.

arak-arakan haji
Arak-arakan pengantar Haji

Semua yang dilakukan jama’ah haji Indonesia memang berbeda dengan jama’ah haji dari Negara lain. Yang pasti dalam satu hadits yang diriwayatkan Bukhari, dikisahkan Rasulullah Saw bersabda,”Bahwa siapa yang mengada-adakan amalan (yang tidak pernah aku jalankan), maka amalannya tertolak.”

“Menurutku pandangan Mbah Sufi Jadzab tidak salah,” sahut Roben dengan suara ditekan mengomentari,” Karena aku pun berpikir, tayangan itu dengan cara ‘halus’ ingin mengajukan pandangan bahwa amaliah jama’ah haji Indonesia ketika menunaikan ibadah haji adalah amaliah bid’ah yang tidak dicontohkan Rasulullah Saw, sehingga tertolak. Wahabi selalu mengulang-ulang dalil yang sama yang dipungut dari Hadits Bukhari dan Muslim: “Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat; barangsiapa yang di dalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia tertolak.” Ya dalil itu yang terus menerus diputar ulang.”

Mengantar sampai pesawat Take Off
Mengantar Pesawat sampai Take Off

Wahabi pasti tidak mau mengakui penjelasan Imam Syafi’i yang mengutip riwayat Abu Nu’aim yang menyatakan,”Bid’ah itu ada dua macam. Bid’ah terpuji dan bid’ah tercela. Bid’ah yang sesuai dengan sunnah, itulah bid’ah yang terpuji. Sedangkan bid’ah yang menyalahi sunnah, dialah bid’;ah yang tercela.” Wahabi juga tidak mau mengakui riwayat al-Baihaqi dalam Manaqib al-Imam as-Syafi’i,”Perkara-perkara baru itu ada dua macam. Pertama, perkara-perkara baru yang menyalahi al-Qur’an, Hadits, atsar atau ijma’. Itulah bid’ah dhalalah. Kedua, perkara-perkara baru yang mengandung kebaikan dan tidak bertentangan dengan salah satu dari yang disebutkan tadi maka bid’ah yang seperti itu tidaklah tercela.

“Sudah Ben, sudah, gak usah terlalu jauh nanggapi Wahabi dengan hujjah-hujjah, “sahut Marholi ketawa,”Kita putar ulang saja rekaman khazanah ini. Nanti pada bagian tertentu akan kita ulang-ulang sampai kita faham.”

Rekaman tayangan program khazanah diulang. Dan saat sampai pada narrator melafazkan doa “Allahumma ja’ala hajjan mabrura wa sya’ban maskurah’ dihentikan dan diulang sampai tiga kali. Seketika Roben, Niswatin, Daitya, Mullberrie, dan Azumi berseru serentak,”Itu bid’ah super dhalalah.”
“He bagaimana kalian menyebut ucapan narrator itu bid’ah super dholalah?”
“Dia mengubah redaksi doa ‘Sa’yan masykurah’ menjadi ‘Sya’ban maskurah’. Itu bid’ah super dholalah, karena kata “sa’yan’” dengan kata “‘sya’ban” sangat jelas bedanya. Lagi pula kata “Sya’ban” tidak ada hubungannya dengan doa haji,” sahut Daitya mewakili teman-temannya.
“Ada lagi yang super bid’ah,” sahut Marholi.
“Apa itu?” seru Roben dan Azumi ingin tahu.
Marholi memutar bagian ibadah “thawaf wadah” dua kali. Roben, Niswatin, Mullberrie, Daitya, dan Azumi pun serentak berseru,”Itu juga bid’ah maha dholalah. Karena dalam Islam tidak ada istilah “thawaf wadah” yang ada adalah thawaf wada’. Nah kalau thawaf wada’ diganti menjadi thawaf wadah, wadahnya apa? Wadahnya pahala atau wadahnya dosa?”
kabah-dulu-1918Semua ketawa. Setelah gaduh sebentar oleh gelak tawa, Sufi Sudrun berkata,”Jadi kalian tidak perlu menanggapi serius semua yang disampaikan orang Wahabi. Soalnya, makraj dan tajwid mereka saja sudah payah. Narratornya pasti tidak secuil pun faham nahwu sharaf apalagi balagha. Jadi kalau kualitas orang seperti itu menyampaikan kebenaran agama dengan didasari semangat ‘ana khoiru minhu’ al-Iblisi, kisruhlah yang terjadi.”
Sufi Jadzab ketawa mendengar penjelasan Sufi Sudrun. Niswatin, Roben, Marholi, Daitya, Mullberrie, dan Azumi pun ikut ketawa seperti melihat tayangan humor.