Diam, Cara Tanggapi Orang Bodoh Bicara
Para santri menyimak dawuh KH Ade M Nasihul Umam saat mereka sowan |
Di Buntet Pesantren, semuanya harus tersedia. Santri yang ingin belajar qiroat, ada gurunya. Ada yang ingin mengaji mantiq, balaghoh, nahwu/shorof, dan silat, di Buntet ada ahlinya masing-masing. Santri hanya tinggal memilih saja.
Demikian Ketua Bidang Kepesantrenan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren Cirebon KH Ade M Nasihul Umam menyampaikan pesan yang pernah dikatakan oleh KH Abbas Abdul Jamil. Kiai Ade mengungkapkan hal itu kepada beberapa santri yang sowan padanya, Ahad (8/4).
Kepala Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra Buntet Pesantren Cirebon itu mengingatkan agar para santri wajib berhati-hati dalam menyikap zaman seperti sekarang ini.
“Sekarang tuh, banyak sekali berita bohong (hoaks) di mana-mana. Banyak juga orang bodoh yang berani berbicara sesuatu yang tidak dikuasainya,” kata Babah, demikian ia akrab disapa.
Untuk menguatkan pendapatnya itu, Babah mengutip kalimat yang terdapat dalam Kitab Akhlak Lil Banin Juz 3 Bab 3, karya Syaikh Umar Baradja Surabaya:
“Jika seseorang yang tidak berkompeten berbicara, maka tidak wajib kita menjawabnya. Diam adalah jawaban yang lebih baik. Pernah suatu ketika saya diam kepada orang yang bodoh itu dan dia menganggap diamnya saya adalah karena saya bodoh padahal saya tidak bodoh.”
Orang bodoh yang dimaksud, lanjut Babah, bukan orang bodoh di segala bidang. Akan tetapi, orang yang tidak paham di satu bidang, tetapi berani mengungkapkan tanpa keilmuan yang dimiliki.
“Saya ini ya misalnya, saya bodoh di bidang politik. Maka, ketika saya sok tahu atau berbicara tentang politik, jangan ditanggapi, diam saja itu lebih baik. Begitu pun ketika mendengar orang yang tidak paham agama, tetapi bicara tentang agama, diamkan saja,” pungkasnya.
(Aru Elgete/Syakir NF)