STIT Buntet Pesantren, Mimpi Kiai Sepuh yang Kini Terwujud
Media Buntet Pesantren,
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren Cirebon, telah genap berusia empat tahun sejak didirikan pada 31 Oktober 2017. Perguruan tinggi ini bermula dari mimpi para kiai sepuh Buntet sejak lama, dan kini telah terwujud.
Demikian disampaikan Ketua Senat Akademik STIT Buntet Pesantren Cirebon KH Aris Ni’matullah dalam acara Dies Natalies Keempat STIT Buntet Pesantren Cirebon, di Auditorium MANU Putra Buntet Pesantren Cirebon, pada Sabtu (30/10/2021).
“Buntet itu, dari sejarahnya membuat perguruan tinggi hanya mimpi. Padahal Buntet salah satu pesantren tertua di Indonesia. Kita tahun 1700 sudah berdiri,” kata Abah Imat, begitu ia akrab disapa.
Dijelaskan, para kiai sepuh Buntet sudah pernah menggagas perguruan tinggi yang diberi nama Cakrabuana pada 1967. Inilah yang menjadi cikal-bakal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
“Namun karena ada aturan dari pemerintah bahwa perguruan tinggi itu harus ada di ibu kota provinsi, maka fondasi perguruan tinggi ini dibawa ke Bandung, yang sekarang didirikanlah UIN Sunan Gunung Djati. Kita tidak punya lagi,” terangnya.
Kemudian, kiai-kiai Buntet mendirikan pendidikan tingkat madrasah aliyah. Lagi, pemerintah meminta madrasah aliyah yang didirikan itu untuk diubah menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) yang kini menjadi MAN 3 Kabupaten Cirebon.
Pada tahun 2000, saat Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren Cirebon telah terbentuk, Kiai Imat termasuk anak muda yang ikut mengurusi dan menghidup-hidupi lembaga ini. Kemudian hendak menggagas perguruan tinggi dengan bermodalkan semangat. Namun karena ketika itu tidak tahu apa-apa, sehingga hanya punya mimpi saja.
“Alhamdulillah, pada 2017, dimotori oleh sumber daya manusia (SDM) dari Buntet yang luar biasa, berdirilah STIT Buntet Pesantren Cirebon. Saya hari ini meyakini sekali, bahwa kiai-kiai sepuh kita tersenyum karena mimpinya baru sekarang terwujud. Padahal kita ini pondok tua, besar, dan (punya) potensi SDM sangat besar,” terang Katib Dewan Sesepuh YLPI Buntet Pesantren Cirebon itu.
Dari berbagai pendidikan tingkat menengah atas di Buntet, Kiai Imat meyakini bahwa terdapat sekitar 4.000 potensi yang bisa masuk ke STIT Buntet Pesantren Cirebon. Kini, pihaknya sedang menunggu kepercayaan dari masyarakat.
“Kita hanya menunggu kepercayaan dari mereka untuk meneruskan pendidikan di STIT. Saya sangat berharap, STIT di tahun-tahun berikutnya secara cepat akan bertambah maju dan menjadi harapan masyarakat, khususnya masyarakat Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja),” katanya.
Kiai Imat menambahkan, saat ini kampus-kampus umum di Indonesia sedang dilanda penyakit atau virus radikalisme dan intoleransi. Karena itu, STIT Buntet Pesantren Cirebon yang basis pengajarannya didasari nilai-nilai Islam Aswaja, diharapkan dapat menjadi partner bagi pemerintah untuk melakukan peningkatan kualitas SDM anak bangsa.
“Kita sekarang tidak dipandang sebelah mata lagi,” pungkasnya.
Dalam acara bertajuk ‘Transformasi Institusi Menuju Perguruan Tinggi yang Inklusif’ itu dihadiri banyak tokoh. Di antara yang hadir itu adalah Ketua STIT Buntet Pesantren Cirebon KH Fahad Ahmad Sadat, Ketua YLPI Buntet Pesantren Cirebon KH Salman Al-Farisi, dan Wakil Menteri Agama RI KH Zainut Tauhid Sa’adi yang membawakan kuliah umum di hadapan sivitas akademika STIT Buntet Pesantren Cirebon.
Acara ini dimeriahkan oleh penampilan marching band dari MANU Putra Buntet Pesantren Cirebon dengan membawakan lagu Indonesia Raya dan Mars Syubbanul Wathan. Selain itu, ada pula peluncuran Kampung Publikasi STIT Buntet Pesantren, serta penyerahan beasiswa untuk 50 mahasiswa berprestasi. Secara simbolik, Wamenag Zainut memberikan beasiswa itu kepada Ketua STIT Buntet Pesantren Cirebon KH Fahad Ahmad Sadat.
(Aru Elgete/Syakir NF)