Ngalap Berkah Muktamar 11 Tahun Lalu; sekelumit kisah putri K.H. Abdullah Abbas
Hari ini, kami berangkat ke Jombang menghadiri pertemuan akbar ulama seluruh indonesia yaitu muktamar Nahdlatul Ulama (NU). Momen ini, mengingatkanku akan momen serupa 11 tahun yg lalu, saat saya mendampingi bapa (KH. Abdullah Abbas) untuk menghadiri Muktamar NU di solo. Meski dalam kondisi kurang sehat, Bapa tetap hadir walaupun tidak sampai (acara) usai tapi nampak gurat kebahagiaan di wajah sepuhnya, bapa sangat antusias dan senang sekali bisa hadir dan berkumpul dengan para ulama sehingga saat itu beliau berpesan
“Kalau kamu bisa hadir pada pertemuan ulama, upayakan hadir walaupun hanya sebagai penggembira, semoga dapat berkahnya”
Dan ternyata Allah, berkehendak muktamar Solo tersebut merupakan muktamar terakhir yang bisa dihadiri secara zhohir oleh kekasihNya yang dikenal sangat tawadlu ini, wallahu a’lam beliau sekarang hadir atau tidak bilghoib tapi kami yakin seyakin-yakinnya beliau masih begitu bersemangat ngalap berkah di muktamar.
Pesan bapa itu selalu kuingat sampai saat ini, dan hari ini teteh berangkat memenuhi amanahmu pak, diiringi airmata yang tak berhenti mengalir mengingat perjalanan muktamar 11 tahun yang lalu bersamamu pak, perjalanan penuh memori dan perjuangan, hari ini teteh berangkat tanpamu pak, lara hatiku tak terejawantahkan dengan kata-kata, hanya air mata sebagai wakil pedihnya hati dalam perjalanan panjang ini, aaaah alunan suara umi kulsum nan merdu mendayu menambah rasa sedih dan sesaknya dadaku, semakin mengingatkanku pada kalian; ibu dan bapak. Anganku melayang dan berandai-andai kalian saat ini ada dalam rombongan ini pastilah akan bisa turut merasakan semangat kami untuk bisa berkumpul dengan para ulama, menyaksikan para ulama menyusun program-program untuk memberdayakan ummat, menanti hasil keputusan bahtsul masail ttg masalah2 pelik dan krusial yang membuat kami mengernyitkan dahi tak berkesudahan.
Wahai maha guruku, panutanku, pembimbingku, asaku kalian bisa terus mendampingi kami untuk terus mengobarkan semangat kami untuk tetap menjadi khodimul ulama dan kami bisa bersama-sama dengan ulama di surgaNya amiin….
Kiai Abdullah Abbas adalah salah satu Kiai Khos yang dianggap guru oleh warga Nahdliyyin bahkan Kiai Abdurrahman Wahid (akrab disapa Gus Dur walaupun sebenarnya sapaan Gus untuk beliau, jelas sudah bukan selayaknya, tapi sapaan Gus sudah begitu melekat sehingga sulit diubah) pun menganggapnya sebagai Guru sehingga beliau begitu sami’na wa ato’na terhadap Kiai Dulah.
Sumbangsih beliau untuk NU sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, bisa dibilang seluruh hidupnya didermakan untuk kepentingan NU dan bangsa, sampai beliau di posisi struktural menjadi Rais Syuriah PWNU Jawa Barat serta Mustasyar PBNU.
Diambil dari tulisan Teteh Ismatul Maula, salah satu putri Kiai Abdullah Abbas dengan beberapa penyesuaian
Sumbangsih beliau untuk NU sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, bisa dibilang seluruh hidupnya didermakan untuk kepentingan NU dan bangsa, sampai beliau di posisi struktural menjadi Rais Syuriah PWNU Jawa Barat serta Mustasyar PBNU.
Diambil dari tulisan Teteh Ismatul Maula, salah satu putri Kiai Abdullah Abbas dengan beberapa penyesuaian