Eksis Tak Digapai, pada Konten Negatif Abai
Media sosial tak hanya jadi ajang silaturahim, merajut hubungan yang sekian lama terputus. Tetapi, bak tungku, jemari para penggunanya menyodorkan kayu bakar berupa hujatan dan ujaran kebencian. Konten dan narasi negatif turut menjadi bagiannya. Sementara, konten positif sebagai pemadam kalah banyak.
Oleh karena itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menghimbau kepada masyarakat agar tidak langsung meneruskan atau menyebarkan berita yang tersebar di dunia maya itu.
“Saat menerima pesan dari internet, pahami betul dulu sebelum meneruskan. Jika kita ragu atau belum paham dengan pesannya maka sebaiknya cari tahu (tabayyun) lebih dahulu,” ujarnya saat silaturahim dengan para kiai dan masyarakat Pondok Buntet Pesantren, Sabtu (3/2/2018).
Demi mendapat ketenaran sesaat, eksistensi yang ingin dicapai, tapi seringkali abai pada konten-konten yang disebar. Hal itu tentu saja membawa dampak negatif terhadap perkembangan masyarakat saat ini.
“Orang tua juga perlu mendampingi anak-anak saat mereka menggunakan internet,” katanya.
Persebaran hoaks dan ujaran kebencian itu juga meresahkan masyarakat pesantren. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum YLPI Buntet Pesantren KH Adib Rofiuddin Izza dalam sambutannya. Mustasyar PBNU itu juga mengatakan bahwa ponsel itu mendekatkan yang jauh di satu sisi, tetapi di sisi lain malah menjauhkan yang dekat.
Sementara itu, Ketua YLPI Bidang Pendidikan KH Wawan Arwani Amin menyatakan bahwa Pondok Buntet Pesantren akan terus mengimbangi berita-berita hoaks dan ujaran kebencian dengan dakwah Islam yang santun dan damai.
Di sela kunjungannya, Rudiantara menyempatkan diri menengok ruang siaran Radio Best FM. Ia mengatakan siap membantu perizinan yang telah diajukan. Best FM sudah mendapatkan Izin Prinsip Penyiaran (IPP).
“Tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan izin resmi,” kata Ketua Media Buntet Pesantren Ahmad Rofahan.
Syakirnf