Wamenag Harap Mahasiswa STIT Buntet Pesantren Mampu Ringankan Beban Masyarakat
Media Buntet Pesantren,
Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (Wamenag RI) KH Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan kuliah umum dalam acara Dies Natalies IV Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren Cirebon, pada Sabtu (30/10/2021).
Salah satu poin yang disampaikan adalah soal kondisi objektif dan tantangan mahasiswa di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang sedang berlangsung saat ini. Ia lantas mengajak dan berharap kepada Mahasiswa STIT Buntet Pesantren Cirebon untuk dapat hadir di tengah problematika kehidupan dan meringankan beban masyarakat.
Dikatakan, Indonesia digadang-gadang akan mendapatkan bonus demografi karena usia produktif bakal meningkat sangat signifikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 menunjukkan, jumlah usia produktif Indonesia pada 2015 mencapai 67,3 persen dari total penduduk 255,5 juta jiwa.
“Tren ini akan mengalami puncak pada tahun 2030, jumlah penduduk usia produktif akan naik menjadi 68,1 persen dari total 296,4 juta jiwa,” kata Kiai Zainut di hadapan para kiai dan sivitas akademika STIT Buntet Pesantren Cirebon.
Masih menurut BPS, jumlah pemuda di Indonesia mencapai 63,36 juta jiwa. Dengan kata lain, satu dari empat orang Indonesia adalah pemuda. Jumlah sangat signifikan ini sama dengan 2,6 kali lipat dari total populasi masyarakat di Australia dan dua kali lipat dari Malaysia.
Tahapan awal bonus demografi sudah bermula sejak 2012. Karena itu, perlu ada strategi pembangunan yang tepat untuk menyongsong 100 tahun usia negeri ini atau disebut sebagai Indonesia Emas.
Wamenag menegaskan bahwa para pimpinan STT Buntet Pesantren Cirebon sudah sangat tepat menyediakan dua program studi yakni Manajemen Pendidikan Islam (MPI) dan Bimbingan Konseling Pendidikan Islam (BKPI).
“(Dua jurusan itu) memberikan kesempatan bagi para mahasiswa mendalami ilmu-ilmu mereka di bangku kuliah agar mengenal dan memahami problematika yang didalami masyarakat, sehingga kehadirannya dapat menghadirkan solusi dan meringankan beban masyarakat,” tegas Wamenag.
Ia lantas mengajak Mahasiswa STIT Buntet Pesantren Cirebon untuk mampu berperan aktif menjadi pemimpin perubahan. Bahkan, sanggup membaca tantangan zaman di tengah kondisi dunia yang terus berubah.
Dikatakan, era revolusi 4.0 yang saat ini berlangsung itu ditandai oleh kecerdasan buatan, intelegensi artifisial, super komputer, rekayasa genetikal, dan teknologi nano. “Pada era seperti ini, tentunya kita harus memiliki antisipasi yang kuat, memiliki prediksi-prediksi agar kita tidak tertinggal oleh perubahan-perubahan zaman,” tegasnya.
Di sisi lain, tambah Wamenag, revolusi industri juga akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh penjuru dunia. Diprediksi hal itu akan terjadi pada 2030 yang semuanya serba mesin dan komputer.
“Hal ini menjadi ancaman dunia, termasuk Indonesia sebagai negara yang memiliki tingkat penduduk produktif sangat tinggi. Dikhawatirkan itu akan menyebabkan pengangguran yang cukup tinggi,” katanya.
Kemudian ia menjelaskan bahwa era society 5.0 berarti sebuah tatanan masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan. Hal itu tentu saja harus dibarengi dengan kecakapan digital yang lebih baik.
“Tanpa kita memiliki kemampuan digital yang lebih baik itu, niscaya kita akan tergerus oleh perkembangan yang ada,” pungkasnya.
(Aru Elgete/Syakir NF)