Kabar

Santri Buntet Pesantren Berkorban Darah di Hari Santri

Permalink gambar yang terpasangDalam rangka menyemarakkan Hari Santri Nasional, siang tadi diadakan acara Santri Berdonor di 10 Pesantren se-Indonesia yang diprakarsai oleh Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU). 
Dari hanya 8 Pondok Pesantren yang dipercaya mengadakan program ini, kita patut bangga karena Pondok kita, Pondok Buntet Pesantren merupakan salah satunya.

Permalink gambar yang terpasangProgram Santri Berdonor di Buntet Pesantren bisa terselenggara dengan sukses berkat dukungan total dari Ikatan Keluarga Asrama Pondok Buntet Pesantren (IKAPB) dan Senat Mahasiswa Akper Buntet Pesantren. Walhasil, santri begitu antusias mengikuti kegiatan ini. Tercatat sebanyak 98 santri putra dan putri yang berbondong-bondong ke Akper Buntet Pesantren demi mendonorkan darahnya. Namun sayang 44 santri gagal mendonorkan darahnya karena tidak memenuhi kriteria sehingga dari 98 santri tadi hanya 54 santri yang bisa mendonorkan darahnya.

Permalink gambar yang terpasang
Kebahagiaan Santri Putri setelah bisa berbagi dengan sesama

M. Akmal Abbas Selatatmaja selaku Ketua Panitia mengaku bangga dan bahagia dengan suksesnya penyelenggaraan acara ini, beliau mengapresiasi dan berterimakasih kepada semua pihak yang telah turut mensukseskan acara ini khususnya kepada Kang M. Zaim Nugroho, salah satu dzurriyah Buntet Pesantren yang kini masuk dalam jajaran pengurus LKNU serta KH. Salman Nasrullah, salah satu pengurus Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Buntet Pesantren Bidang Kepesantrenan. Kang Akmal menambahkan bahwa santri memang harus siap mendermakan apa yang bisa mereka berikan demi orang lain. “Kalau santri dulu mengorbankan darahnya di medan perang, santri sekarang paling tidak mendonorkan darahnya demi sesama”, pungkas Akmal.

M. Akmal, Ketua Panitia pada momen Haul 2015

Program Santri Berdonor sebenarnya bukan merupakan satu-satunya acara di Pondok Buntet Pesantren dalam rangka Hari Santri Nasional melainkan ada Kirab Santri dan ziarah maqbaroh Buntet Pesantren wabilkhusus kepada KH. Abbas, sang Panglima perang, Pemimpin tertinggi dalam Perang Lebah* Tanggal 10 November 1945 di Surabaya, dalam dua kegiatan tersebut seluruh santri mengenakan pakaian sekolah yang tidak seperti biasanya, mereka berseragam mengenakan sarung, pakaian khas santri.

*Perang 10 November di Negara-negara Barat dikenal dengan sebutan Perang Lebah (ada pada buku Api Sejarah 2 karangan A. Mansur Suryanegara) karena saat itu seolah ada suara seperti suara jutaan lebah yang tengah terbang bersama-sama. Besar kemungkinan suara lebah itu merupakan suara semua benda yang biidznillah melalui karomah para ulama khususnya Kiai Abbas semua benda tersebut termasuk perabot rumah tangga beterbangan sehingga membuat pasukan sekutu kalang kabut.