feature Hikmah

Perahu Sampan yang Menyelamatkan

Pak Kamsari


أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)

Figurnya memang tampak sederhana. Pekerjaannya pun serabutan. Kadang ia menarik becak. Terkadang ia juga mengumpulkan barang rongsokan. Menanam tanaman di lahan kosong pinggir jalan tol juga kerap kali ia lakukan. Ia pun tak jarang ke laut guna mencari ikan atau kerang. Yang penting baginya tidak mengambil yang bukan haknya atau menunggu belas kasihan orang lain.

Walau hidup pas-pasan, namun hampir tak pernah dia bercerita keluh kesah tentang ekonomi keluarganya. Di usia rentanya, dia masih tetap “bekerja” untuk menghidupi keluarganya hingga saat ini. Itulah Pak Kamsari.

Pada suatu hari, ia pergi ke laut dengan perbekalan seadanya tanpa pancing apalagi jaring. Dia selalu gogoh, mencari ikan/kerang dengan tangan kosong. Sejak siang hingga menjelang senja ia terus mencari sesuatu yang bisa ia bawa pulang.

Waktu dan tempat berjalan begitu cepat. Pak Kamsari tak sadar, ia sudah jauh dari bibir pantai. Bahkan, ia sudah mendekati tengah laut. Tetiba sebuah gelombang besar menghampiri dirinya. Ia pun panik seketika. Tak ada lagi waktu untuk berenang mencapai pantai. Ia pun memasrahkan dirinya pada Allah SWT, sambil tak henti-henti mulutnya komat-kamit membaca doa.

Begitu ombak kian dekat untuk menerjang dirinya, dari arah yang tidak disangka-sangka sebuah sampan (perahu kecil) tak berpenumpang menghampiri dirinya. Ia pun segera menaikinya. Ombak besar itu pun menyeret perahu yang ditumpangi Pak Kamsari hingga ke tepi pantai.

Begitu ia turun di tepi pantai, perahu itu pun terbawa kembali oleh ombak, lalu hilang dari pandangan mata di tengah lautan.

Saban sore, Pak Kamsari mengaji kepada penulis. Usia senjanya tak menghalangi niatnya untuk terus ngangsu kaweruh. Dari rumahnya, ia mengayuh sepeda, sendiri.

Subchi Ahmad Fikri
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Buntet Pesantren Cirebon