breakingnews feature gallery Kabar Keluarga Khas Buntet Nasehat Kyai

Halal Bihalal Bani Muta’ad

Buntet Pesantren, Jum’at, 8 Agustus 2014 – Sekumpulan pemuda dan pemudi Buntet yang merupakan keturunan (Bani) Kiai Mutaad bin Kiai Raden Muridin mengadakan Halal Bihalal. Seperti yang sudah kita sama-sama ketahui bahwa selepas Mbah Muqooyim, Pondok Buntet Pesantren diasuh oleh Mbah Mutaad yang tak lain merupakan cucu menantu dari Mbah Muqooyim. Mbah Mutaad adalah keturunan ke 17 dari Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati, namun Mbah Mutaad begitu menekankan kepada anak cucunya untuk rendah hati dan menanggalkan gelar kebangsawanan (Raden).
Image preview

Acara yang diinisiasi oleh Moh. Akmal Abbas S. dan kawan-kawan ini sukses mengumpulkan sekitar 80 orang yang notabene masih satu keluarga dan kelak akan meneruskan perjuangan para sesepuh pondok Buntet Pesantren khususnya Mbah Mutaad. Tujuan diadakannya acara tersebut adalah agar sesama zurriyah bisa saling mengenal dan terus menjaga hubungan silaturrahim.
Acara yang dimulai Ba’da Isya ini dihadiri oleh KH. Ade Nasihul Umam yang secara gamblang, detil dan runtut memaparkan dinamika Buntet dari masa ke masa serta peran Buntet Pesantren dalam mengembangkan Pondok-pondok lain, tercatat Pondok-pondok seperti Gedongan, Benda Kerep, Balerante Tebu Ireng, Lirboyo, dan lain-lain tidak terlepas dari ikhtiar beberapa Kiai dari Buntet Pesantren. Selain itu, KH. Ade juga menekankan bahwa Pondok Buntet yang sudah berdiri sejak zaman Pangeran Diponegoro lahir atau tepatnya pada tahun 1758 M bisa tetap bertahan sampai sekarang karena adanya harmoni atau kerjasama antara para Kiai sepuh dan generasi muda. Beliau mencontohkan semasa LPI (sekarang YLPI) dipimpin oleh KH. Junaedi Anas, KH. Junaedi Anas dan para Kiai sepuh saat itu dibantu dan disokong betul oleh para Kiai muda seperti KH. Maufur, KH. Zuhdi, KH. Hisyam Mansyur, dan lain-lain. Oleh karena itu, peran generasi muda Buntet Pesantren khususnya yang hadir pada acara tersebut begitu diharapkan demi kebaikan ma’haduna, Ma’had Buntet Pesantren, tambah KH. Ade.
Meski malam sudah semakin larut, selepas pemaparan sejarah Buntet oleh KH. Ade, sejumlah orang yang tengah berkumpul di ruang pertemuan YLPI Buntet Pesantren masih antusias mendengarkan motivasi dari KH. Salman. KH. Salman menyampaikan sebuah cerita yang mengandung pesan moral bahwa tidak akan menyelesaikan masalah kalau kita hanya bisa berbicara atau menggerutu kesana kemari, yang dibutuhkan adalah action bersama agar masalah tersebut bisa selesai dengan cepat. KH. Salman juga mendorong agar semua yang hadir kelak akan melanjutkan dan menghidupkan kembali Ikatan Keluarga Asrama Pondok Buntet Pesantren yang akan mengadakan Musyawarah Besar pada pekan depan.

Sebelum acara diakhiri dengan foto bersama dan salam-salaman, KH. Nahdudin Royandi Abbas yang sudah rawuh di tengah-tengah peserta sejak awal acara berpesan agar para keturunan Kiai Mutaad agar Tawadlu. Menurut KH. Nahdudin, tawadlu kepada siapapun jaminannya adalah siapapun juga akan tawadlu atau hormat kepada kita. Selain berpesan agar tawadhu, KH. Nahdudin juga menantang semua yang hadir agar bisa lebih baik dari beliau. Beliau telah membuktikan bahwa beliau mampu “menaklukkan” dunia, berkelana dari mulai Timur Tengah sampai di London, Inggris dengan tujuan untuk belajar, belajar, dan terus belajar. Beliau juga berharap bahwa acara tersebut akan diadakan kembali di masa mendatang dan kelak Beliau akan menceritakan pengalaman-pengalamannya selama Beliau melanglangbuana ke berbagai tempat di belahan dunia.
Seusai foto bersama dan salam-salaman, diadakan diskusi yang intinya untuk menguatkan komitmen bersama bahwa IKAPB adalah tanggung jawab kita bersama, begitupun dengan Pondok yang sudah hidup ratusan tahun ini adalah menjadi ladang tempat kita berjuang bersama. Bismillah . . .