Kabar

Usai Perang, Kiai Buntet Pesantren Fokus Ngaji, Tak Lanjutkan Karier di TNI

Media Buntet Pesantren,

Kiai di Buntet Pesantren pernah mendapatkan surat panggilan dari Jenderal Sudirman untuk menerima pangkat dalam ketentaraan. Hal ini mengingat keterlibatan para kiai dalam perjuangan kemerdekaan.

Namun, kiai-kiai Buntet Pesantren tidak memenuhi panggilan tersebut. Hal ini mengingat pesan KH Abbas Abdul Jamil sebagai pimpinan saat itu menghendaki para kiai, santri, dan masyarakat untuk kembali ke aktivitas masing-masing, khususnya mengaji.

Pasalnya, Kiai Abbas menekankan bahwa perang telah usai mengingat kemerdekaan sudah di tangan bangsa Indonesia saat itu. Karenanya, peperangan tidak diperlukan lagi sehingga kiai dan santri haris kembali fokus dalam proses membangun bangsa melalui gerakan pendidikan dan sosial.

Hal itu disampaikan KH Aris Ni’matullah, Penjabat Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren, saat Istghosah dan Shalawat Burdah dalam rangka pengusulan KH Abbas Abdul Jamil sebagai Pahlawan Nasional di GOR Mbah Muqoyyim, Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (29/5/2025) malam.

“Katanya, setelah Belanda itu menyerah kabur dari Nusantara, kolonial lepas dari Nusantara, Mbah Abbas sebagai pimpinan di sini woro-woro kepada kiai dan masyarakat Buntet, “Wis, perange wis pragat. Balik maning ngaji maning. (Sudah, perangnya sudah selesai. Kembali lagi, ngaji lagi),” terangnya.

Artinya, lanjut Kiai Imat (sapaan akrabnya), panggilan itu diabaikan karena para kiai semuanya berjuang secara ikhlas demi menegakkan agama Allah dan untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari cengkeraman kolonial.

“Sama sekali tidak berharap untuk mendapatkan apapun imbalannya, baik dari negara, baik dari orang per orang. Ikhlas,” kata kiai yang menamatkan studi sarjananya di Mesir itu.

Oleh karena itu, ia meyakini bahwa Kiai Abbas tidak ingin menjadi pahlawan. Perjuangannya dalam melawan kolonialisme itu tidak ditujukan untuk hal ihwal duniawi, terlebih pahlawan nasional ataupun penghargaan lainnya. “Saya yakin tidak mau,” ujarnya.

Meskipun demikian, sebagai keluarga, santri, alumni, dan masyarakat tentu berharap penetapan KH Abbas Abdul Jamil sebagai pahlawan nasional itu dapat terwujud. Karenanya, ia menegaskan dukungannya secara penuh atas usulan tersebut.

“Mudah-mudahan bisa diterima pemerintah dan bisa diakui bangsa Indonesia,” harapnya.

Kiai Imat menyampaikan bahwa sebetulnya bukan hanya Kiai Abbas yang berjuang, melainkan seluruh kiai, santri, dan masyarakat Buntet Pesantren. Namun, ia menegaskan bahwa yang pantas diusung adalah Kiai Abbas Abdul Jamil dengan data-data primer yang sudah didapat sampai sekarang ini mencapai 67 buah. Para peneliti sampai pulang pergi ke Belanda untuk mencari informasi yang akurat tentang dukungan bukti kepahlawanan KH Abbas Abdul Jamil.

“Mudah-mudahan dengan doa bersama ini, usulan dari keluarga besar Pondok Buntet Pesantren bisa diijabah oleh Allah swt, menjadi kebanggaan keluarga besar,” pungkasnya.